Seputar Dunia Islam

Kamis, 13 September 2012

Sisi Buruk Wajah Demokrasi

Bentuk suatu negara akan menentukan hakikat dan watak keseluruhan komunitas politik. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas Aquinas (1226-1274 M) tentang bentuk negara, hal serupa juga terdapat dalam karya Aristoteles yaitu "Politics". Menurut pemikiran keduanya bentuk negara dibagi menjadi dua.

Pertama, negara dilihat dari penguasanya: satu orang berupa monarki dan tirani, beberapa orang beberapa orang berupa aristokrasi dan oligarki, dan banyak orang yakni timokrasi dan demokrasi.

Kedua, negara dilihat dari tujuan pembentukannya: negara baik adalah negara yang bertujuan untuk mewujudkan kebaikan bersama, sedangkan negara buruk adalah negara dengan tujuan untuk kesejahteraan segelintir orang atau kelompoknya.

Thomas Aquinas mengklasifikasikan negara berdasarkan dua aspek tadi yaitu berdasarkan jumlah penguasa dan tujuan pembentukan negara sehingga dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Negara Baik
  1. Monarki : diperintah satu orang demi tujuan bersama
  2. Aristokrasi : diperintah beberapa orang untuk kebaikan bersama
  3. Timokrasi : diperintah banyak orang untuk kebaikan semua

Negara Buruk

  1. Tirani : diperintah satu orang untuk kepentingan pribadi
  2. Oligarki : diperintah beberapa orang untuk kepentingan segelintir orang
  3. Demokrasi : diperintah banyak orang untuk kepentingan golongan dan kelompok mereka sendiri

Dari fakta-fakta diatas maka klaim demokrasi sebagai sistem pemerintahan terbaik perlu dikoreksi. Sebagaimana yang disampaikan oleh presiden Amerika Serikat, Abraham Lincoln bahwa pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Artinya puncak kepemimpinan berada dibanyak orang telah menempatkan demokrasi sebagai model negara buruk dan paling buruk.

Koreksi Thomas Aquinas ini jelas menunjukan koreksi secara normatif bahwa ia meninjau demokrasi dari konsepnya. Bukan didasarkan atas realitas penyimpangan akibat penyalahgunaan demokrasi semata sebagaimana yang selama ini dituduhkan. Belum lagi jika demokrasi ditinjau dari dari sisi historis dan empiris dari sisi buruknya.

Jika sejak dulu demokrasi dianggap sebagai sistem pemerintahan terbaik, tapi dalam kenyataannya ia lebih buruk dari monarki. Inilah yang disebut kesesatan logika, menganggap yang salah seakan baik dan begitu pula sebaliknya.

Sudah saatnya mencari negara alternatif. Logikanya jika monarki sebagai negara terbaik saja dianggap buruk, apalagi demokrasi sebagai negara terburuk. Inilah saatnya kemunculan negara alternatif yang ditunggu. Ia bukan negara monarki atau tirani, bukan aristokrasi atau oligarki, dan bukan pula timokrasi apalagi demokrasi. Itulah Khilafah Islamiyah, yaitu negara yang didalamnya diterapkan hukum-hukum Allah SWT sebagai rahmat bagi seluruh alam.

*Gema pembebasan

Rabu, 12 September 2012

Kelebihan-Kelebihan Bahasa Arab

Banyak orang mengira, bahwa bahasa Arab merupakan bahasa yang susah di pelajari, kurang gaul, dan beribu alasan lainnya yang begitu memojokkan bahasa Arab. Sekolah-sekolah besar di Indonesia, selalu mengutamakan bahasa Inggris, dan sebagai penunjang lebih memilih bahasa lain : Prancis, Jerman, Jepang, Mandarin dan lainnya, bukan bahasa Arab. Mungkin hanya di pesantren sajalah bahasa Arab baru diajarkan. Padahal bahasa Arab harus lebih diutamakan dari yang lainnya, terutama bagi umat Islam, karena merupakan bahasa tertua yang masih digunakan hingga saat ini. Banyak kelebihan-kelebihan dari bahasa Arab dan berikut ini adalah kelebihan-kelebihannya :

1.Bahasa tertua yang tetap eksis

Kenyataannya, sejarah manusia belum pernah mengenal sebuah bahasa pun yang tetap eksis sepanjang sejarah. Setiap bahasa punya usia, selebihnya hanya tinggal peninggalan sejarah. Bahkan bahasa Inggris sekalipun masih mengalami kesenjangan sejarah. Maksudnya, bahasa Inggris yang digunakan pada hari ini jauh berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh orang Inggris di abad pertengahan. Kalau Ratu Elizabeth II masuk ke lorong waktu dan bertemu dengan ‘mbah buyut’-nya, King Arthur, yang hidup di abad pertengahan, mereka tidak bisa berkomunikasi, meski sama-sama penguasa Inggris di zamannya. Mengapa?

Karena meski namanya masih bahasa Inggris, tapi kenyataannya bahasa keduanya jauh berbeda. Karena setiap bahasa mengalami perkembangan, baik istilah maupun grammar-nya. Setelah beratus tahun kemudian, bahasa itu sudah jauh mengalami deviasi yang serius.

Yang demikian itu tidak pernah terjadi pada bahasa Arab. Bahasa yang diucapkan oleh nabi Muhammad SAW sebagai orang Arab yang hidup di abad ke-7 masih utuh dan sama dengan bahasa yang dipakai oleh Raja Abdullah, penguasa Saudi Arabia di abad 21 ini. Seandainya keduanya bertemu dengan mesin waktu, mereka bisa berbicara dan ngobrol tentang apapun hingga subuh dengan menggunakan bahasa arab.

Dengan kenyataan seperti ini, wajarlah bila Allah SWT memilih bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an Al-Kariem yang abadi. Kalau tidak, boleh jadi Al-Qur’an sudah musnah seiring dengan kemusnahan bahasanya.

2. Kaya akan perbendaharaan kosa kata

Sebagai bahasa yang sudah tua dan tetap digunakan umat manusia hingga hari ini, wajar pula bila bahasa Arab memiliki kosa kata dan perbendaharaan yang sangat luas dan banyak. Bahkan para ahli bahasa Arab menuturkan bahwa bahasa Arab memiliki sinonim yang paling menakjubkan. Kata 'unta' yang dalam bahasa Indonesia hanya ada satu padanannya, ternyata punya 800 padanan kata dalam bahasa arab, yang semuanya mengacu kepada satu hewan unta. Sedangkan kata ‘anjing’ memiliki 100-an padanan kata.

Fenomena seperti ini tidak pernah ada di dalam bahasa lain di dunia ini. Dan hanya ada di dalam bahasa Arab, karena faktor usia bahasa arab yang sangat tua, tetapi tetap masih digunakan sebagai bahasa komunikasi sehari-hari hingga hari ini. Dengan alasan ini maka wajar pula bila Allah SWT memilih bahasa Arab sebagai bahasa yang dipakai di dalam Al-Qur’an.

3. Mampu menampung informasi yang padat

Diantara keistimewaan bahasa Arab adalah kemampuannya menampung informasi yang padat di dalam huruf-huruf yang singkat. Sebuah ungkapan yang hanya terdiri dari dua atau tiga kata dalam bahasa arab, mampu memberikan penjelasan yang sangat luas dan mendalam. Sebuah kemampuan yang tidak pernah ada di dalam bahasa lain.

Makanya, belum pernah ada terjemahan Al-Qur’an yang bisa dibuat dengan lebih singkat dari bahasa Arab aslinya. Semua bahasa umat manusia akan bertele-tele dan berpanjang-panjang ketika menguraikan isi kandungan tiap ayat. Sebagai contoh, lafadz ‘ain dalam bahasa arab artinya ‘mata’, ternyata punya makna lain yang sangat banyak. Kalau kita buka kamus dan kita telusuri kata ini, selain bermakna mata juga punya sekian banyak makna lainnya. Di dalam kamus kita mendapati makna lainnya, seperti manusia, jiwa, hati, mata uang logam, pemimpin, kepala, orang terkemuka, macan, matahari, penduduk suatu negeri, penghuni rumah, sesuatu yang bagus atau indah, keluhuran, kemuliaan, ilmu, spion, kelompok, hadir, tersedia, inti masalah, komandan pasukan, harta, riba, sudut, arah, segi, telaga, pandangan, dan lainnya.

Bahasa lain tidak punya makna yang sedemikian padat yang hanya terhimpun dalam satu kata dan hurufnya hanya ada tiga.

4.Mudah dihapalkan

Sesuai dengan fungsi Al-Qur’an yang salah satunya sebagai pedoman hidup pada semua bidang kehidupan, Al-Qur’an harus berisi beragam materi dan informasi sesuai dengan beragam disiplin ilmu. Dan kita tahu bahasa dan istilah yang digunakan di setiap disiplin ilmu pasti berbeda-beda. Dan sangat boleh jadi seorang yang ahli di dalam sebuah disiplin ilmu akan menjadi sangat awam bila mendengar istilah-istilah yang ada di dalam disiplin ilmu lainnya.

Dan kalau beragam petunjuk yang mencakup beragama disiplin ilmu itu harus disatukan dalam sebuah kitab yang simpel, harus ada sebuah bahasa yang mudah, sederhana tapi tetap mengandung banyak informasi penting di dalamnya. Bahasa itu adalah bahasa Arab. Karena bahasa itu mampu mengungkapkan beragam informasi dari beragam disiplin ilmu, namun tetap cair dan mudah dimengerti. Dan saking mudahnya, bahkan bisa dihafalkan di luar kepala.

Salah satu karakteristik bahasa Arab adalah mudah untuk dihafalkan, bahkan penduduk gurun pasir yang tidak bisa baca tulis pun mampu menghafal jutaan bait syair. Dan karena mereka terbiasa menghafal apa saja di luar kepala, sampai-sampai mereka tidak terlalu butuh lagi dengan alat tulis atau dokumentasi. Kisah cerita yang tebalnya berjilid-jilid buku, bisa digubah oleh orang Arab menjadi jutaan bait puisi dalam bahasa Arab dan dihafal luar kepala dengan mudah. Barangkali fenomena ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tulis menulis kurang berkembang di kalangan bangsa arab saat itu. Buat apa menulis, kalau semua informasi bisa direkam di dalam otaknya?

5. Keindahan gaya bahasa

Salah satu keunikan bahasa Arab adalah keindahan sastranya tanpa kehilangan kekuatan materi kandungannya. Sedangkan bahasa lain hanya mampu salah satunya. Kalau bahasanya indah, kandungan isinya menjadi tidak terarah. Sebaliknya, kalau isinya informatif maka penyajiannya menjadi tidak asyik diucapkan.

Ada sebuah pintu perlintasan kereta api yang modern di Solo. Setiap kali ada kereta mau lewat, secara otomatis terdengar rekaman suara yang membacakan peraturan yang terkait dengan aturan perlintasan kereta. Awalnya, masyarakat senang mendengarkannya, tapi ketika setiap kali kereta mau lewat, suara itu terdengar lagi, maka orang-orang menjadi jenuh dan bosan. Bahkan mereka malah merasa terganggu dengan rekaman suara itu. Ada-ada saja komentar orang kalau mendengar rekaman itu berbunyi secara otomatis.

Tapi lihatlah surat Al-Fatihah, dibaca orang ribuan kali baik di dalam shalat atau di luar shalat, belum pernah ada orang yang merasa bosan atau terusik ketika diperdengarkan. Bahkan bacaan Al Qur’an itu begitu sejuk di hati, indah dan menghanyutkan. Itu baru pendengar yang buta bahasa Arab. Sedangkan pendengar yang mengerti bahasa Arab, pasti ketagihan kalau mendengarnya.Bahkan para syeikh atau orang yang benar-benar paham bahasa Arab kita lihat bila sholat atau berdoa sampai menangis. Kita semua tahu kisah-kisah tentang Rasulullah dan sahabat-sahabat beliau waktu menangis saat membaca Al Quran, salah satunya adalah Umar bin Khattab yang pribadinya keras sebelum masuk islam hatinya luluh saat mendengar QS Thoha dibacakan.

Tidak ada satu pun bahasa di dunia ini yang bisa tetap terdengar indah ketika dibacakan, namun tetap mengandung informasi kandungan yang kaya, kecuali bahasa Arab. Maka wajarlah bila Allah SWT berfirman dengan bahasa Arab.

* disarikan dari berbagai sumber

Mukjizat Al-Qur'an Tentang Langit Yang Mengembalikan

Bumi dilingkupi oleh atmosfir yang terdiri dari sejumlah lapisan. Setiap lapisan mempunyai peranan yang penting bagi kehidupan. Dari hasil penelitian terungkap bahwa lapisan-lapisan ini memiliki fungsi mengembalikan benda-benda atau sinar yang diterima ke ruang angkasa atau ke arah bawah, yakni ke bumi.

Kita bisa cermati sejumlah contoh fungsi "pengembalian" dari lapisan-lapisan yang mengelilingi bumi tersebut.

Lapisan Troposfir, pada ketinggian 13 hingga 15 km di atas permukaan bumi, memungkinkan uap air yang naik dari permukaan bumi menjadi terkumpul hingga jenuh dan turun kembali ke bumi sebagai hujan.

Lapisan ozon, pada ketinggian 25 km, memantulkan radiasi berbahaya dan sinar ultraviolet yang datang dari ruang angkasa dan mengembalikan keduanya ke ruang angkasa.

Ionosfir, memantulkan kembali pancaran gelombang radio dari bumi ke berbagai belahan bumi lainnya, persis seperti satelit komunikasi pasif, sehingga memungkinkan komunikasi tanpa kabel, pemancaran siaran radio dan televisi pada jarak yang cukup jauh.

Lapisan magnet memantulkan kembali partikel-partikel radioaktif berbahaya yang dipancarkan Matahari dan bintang-bintang lainnya ke ruang angkasa sebelum sampai ke Bumi.

Semua fenomena alam di atas, sesungguhnya telah diungkapkan dalam Alquran pada abad ke-7 M, jauh sebelum ilmu pengetahuan mengungkap fakta-fakta tersebut. Sebagaimana firman Allah didalam Al-Quran surah At-Tariq [86] ayat ke-11 tentang fungsi langit yang "mengembalikan".

"Demi langit yang mengandung hujan." (QS 86:11)

Kata yang ditafsirkan sebagai "mengandung hujan" dalam terjemahan Alquran ini juga mempunyai makna "mengirim kembali" atau "mengembalikan".

Menurut tafsir, raj'i berarti kembali berputar. Hujan dinamakan raj'i dalam ayat ini, karena hujan berasal dari uap yang naik dari bumi ke udara, kemudian turun ke bumi, kemudian kembali ke atas, dan dari atas kembali ke bumi, begitulah seterusnya.

Sifat lapisan-lapisan langit yang hanya dapat ditemukan secara ilmiah di masa kini tersebut, telah dinyatakan berabad-abad lalu dalam Alquran. Ini sekali lagi membuktikan bahwa Alquran adalah firman Allah.

*Disarikan dari berbagai sumber

Jerman Gempar Setelah Mantan Direktur NATO Masuk Islam

Islam adalah agama yang rasional dan universal. Ia bisa diterima dan sesuai dengan akal sehat. Agama Islam adalah rahmat bagi seluruh alam. Sebab, kendati diturunkan di Jazirah Arabia, agama Islam bukan hanya untuk orang Arab, tetapi juga dapat diterima oleh orang yang bukan Arab (Ajam).

Bahkan, ilmu-ilmu dan ajaran yang terkandung dalam Al-Quran, sesuai dengan pandangan hidup umat manusia. Karena itu, tak heran, bila agama yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW ini, dengan mudah diterima oleh orang-orang yang senantiasa menggunakan akal pikirannya. Itulah yang dialami Dr. Murad Wilfried Hoffman, mantan Diplomat Jerman. Ia menerima agama Islam, disaat kariernya berada di puncak.

Dr. Wilfried Hoffman, dilahirkan dalam keluarga Katholik Jerman pada 3 Juli 1931. Dia adalah lulusan dari Union College di New York dan kemudian melengkapi namanya dengan gelar Doktor di bidang ilmu hukum dan yurisprodensi dari Universitas Munich, Jerman tahun 1957. Pada tahun 1983-1987, ia ditunjuk menjadi direktur informasi NATO di Brussels.

Jerman sangat mengenal Hoffman, karena setelah bertugas di NATO, ia diangkat menjadi duta besar Jerman untuk Aljazair tahun 1987 dan dubes di Maroko tahun 1990-1994. Karenanya, Jerman menjadi gempar ketika Hoffman menerbitkan buku yang berjudul Der Islam als Alternative (Islam sebagai Alternatif). Jerman terkejut, ternyata salah satu putra terbaiknya telah memeluk Islam.

Hoffman sebenarnya telah masuk Islam sejak lama, jauh sebelum bukunya dipublikasikan pada 1992. Dr Hoffman, menerima Islam pada 25 September 1980. Ia mengucapkan syahadat di Islamic Center Colonia yang dipimpin oleh Imam Muhammad Ahmad Rasoul. Ia masuk Islam jauh sebelum bertugas ke Aljazair dan Maroko. Bagaimana ia mendapatkan hidayah?

Saat itu, Hoffman sangat prihatin pada dunia barat yang mulai kehilangan moral. Agama yang dulu dianutnya dirasakannya tak mampu mengobati rasa kekecewaan dan keprihatinannya akan kondisi tersebut.

Hoffman juga memiliki sejumlah pertanyaan teologi yang belum terjawab, terutama mengenai dosa warisan. Ia juga tidak puas dengan jawaban mengapa tuhan memiliki anak dan harus pasrah disiksa hingga mati di kayu salib.

“Ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak punya kuasa,” tegasnya.

Hoffman bahkan sempat “meragukan” keberadaan Tuhan. Ia lalu melakukan analisa terhadap karya-karya filsuf seperti Wittgenstein, Pascal, Swinburn, dan Kant, hingga akhirnya ia dengan yakin menemukan bahwa Tuhan itu ada.

Jika Tuhan itu ada, bagaimana manusia berkomunikasi dengan-Nya? Hoffman menemukan, jawabannya adalah wahyu. Maka ia pun membandingkan berbagai “wahyu” yang ada. Setelah membandingkan kitab suci Yahudi, Kristen dan Islam itulah Hoffman mendapati Islam-lah yang secara tegas menolak dosa warisan. Ia juga mendapati, dalam Islam seseorang langsung berdoa kepada Allah, bukan melalui perantara atau tuhan-tuhan lainnya.

“Seorang Muslim hidup di dunia tanpa pendeta dan tanpa hierarki keagamaan; ketika berdoa, ia tidak berdoa melalui Yesus, Maria, atau orang-orang suci, tetapi langsung kepada Allah,” kata Hoffman.

Tauhid yang murni di dalam Islam itulah yang akhirnya membuat Hoffman memeluk Islam. Keyakinannya semakin kuat ketika ia bertugas di Aljazair dan melihat betapa umat Islam Aljazair begitu sabar, kuat dan tabah menghadapi berbagai macam ujian dan cobaan dari umat lain. Sangat bertolak belakang dengan kepribadian masyarakat Barat yang rapuh.

"Saya menyaksikan kesabaran dan ketahanan orang-orang Aljazair dalam menghadapi penderitaan ekstrem, mereka sangat disiplin dan menjalankan puasa selama bulan Ramadhan, rasa percaya diri mereka sangat tinggi akan kemenangan yang akan diraih. Saya sangat salut dan bangga dengan sikap mereka," ujarnya.

Ketika keislamannya diketahui publik pasca terbitnya buku Der Islam als Alternative, media massa dan masyarakat Jerman serentak mencerca dan menggugat Hoffman. Media massa sebesar Del Spigel pun turut mencercanya. Bahkan pada kesempatan berbeda, televisi Jerman men-shooting Hoffman saat ia sedang melaksanakan shalat di atas Sajadahnya, di kantor Duta Besar Jerman di Maroko, sambil dikomentari oleh sang reporter: "Apakah logis jika Jerman berubah menjadi Negara Islam yang tunduk terhadap hukum Tuhan?"

Hoffman tersenyum mendengar komentar sang reporter. "Jika aku telah berhasil mengemukakan sesuatu, maka sesuatu itu adalah suatu realitas yang pedih." Artinya, lelaki yang menambah namanya dengan “Murad” (yang dicari) ini, paham bahwa keislamannya akan membuat warga Jerman marah. Namun ia sadar, segela sesuatu harus ia hadapi apapun resikonya. Bagi Murad Wilfried Hoffman, demikian nama lengkapnya setelah menjadi Muslim, Islam adalah agama yang rasional dan maju.

Seiring berjalannya waktu, masyarakat Jerman mulai “menerima” keislaman Hoffman. Sebagian mereka juga turut membaca karya-karya mualaf yang komitmen mendakwahkan Islam ini. Buku berikutnya yang ditulis Hoffman berjudul Trend Islam 2000. Selain menulis, Hoffman juga aktif dalam organisasi keislaman, seperti OKI. Ia terus menyampaikan pemikiran - pemikiran briliannya untuk kemajuan Islam.

Pada bulan September 2009, Hoffman dinobatkan sebagai Muslim Personality of The Year (Muslim Berkepribadian Tahun Ini), yang diselenggarakan oleh Dubai International Holy Quran Award (DIHQA). Penghargaan serupa pernah diberikan pada Syeikh Dr Yusuf al-Qardhawi.

Minggu, 09 September 2012

Penaklukan Yerusalem Tanpa Pertumpahan Darah

Pada tahun 636 Masehi, Ketika itu musim dingin menyelimuti seluruh penjuru kota Yerusalem. Pasukan Muslimin di bawah perintah langsung Khalifah Umar bin Khattab sudah mengepung seluruh pinggiran kota. Tak tanggung-tanggung, Khalifah juga memerintahkan Abu Ubaidah, Khalid, dan Mu'awiyah yang telah berhasil menaklukan daratan Suriah dan pesisir Levantina, untuk bergabung dalam pengepungan besar itu.

Saat itu di tengah kota, tepatnya di dalam Gereja Makam Suci, panglima Artavon yang berkuasa waktu itu, bersama uskup agung gereja Yerusalem, Patriach Sophronius berdebat mengenai masa depan wilayahnya. Di antara mereka berdua berusaha mencari jalan yang terbaik, menyikapi pengepungan tentara Muslimin. Sang panglima menghendaki perang hingga tetes darah penghabisan melawan tentara Muslim. Meski kalah jumlah, dia tetap menjunjung tinggi harkat martabat dirinya, jadi menurutnya tidak masalah mati demi memperjuangkan Yerusalem.

Namun berbeda dengan sikap dan pendapat sang Panglima, uskup agung mempunyai pendapat lebih realistis dan berusaha bersikap bijaksana. Selain itu, sang uskup percaya jika kedatangan pasukan Muslim adalah penjelmaan dari kehendak Tuhan yang dikirimkan untuk mengakhiri dominasi kekuasaan Bizantium.

Karena perdebatan tidak menghasilkan kesepakatan, akhirnya para pembesar agama dan masyarakat di dalam gereja memutuskan mengadakan pemungutan suara dan hasilnya sebagian besar dari mereka menerima usulan uskup Sophronius. Mereka setuju jika Yerusalem diserahkan dengan jalan damai. Maka, salah seorang utusan dikirim untuk menemui pihak Islam di luar benteng.

Dalam nota perjanjian penyerahan Kota Yerusalem, Uskup bersama Artavon sepakat untuk menyerahkan seluruh isi kota kepada pasukan Muslimin dengan syarat, tidak ada pengangkatan senjata selama memasuki dan menduduki kota, mengizinkan sisa-sisa prajurit Bizantium meninggalkan kota dengan damai, dan penyerahan Yerusalem dapat diterima secara langsung oleh Khalifah Umar bin Khattab.

Abu Ubaidah yang menerima nota perjanjian itu, segera berangkat menyampaikan kabar gembira tersebut kepada Umar bin Khattab. Saat itu Umar sedang berada di Jabiyah, selatan Damaskus untuk menyelesaikan pengaturan administratif. Khalifah Umar menyanggupi permintaan dalam nota perjanjian, dan menjamin keselamatan warga Yerusalem. Sejak saat itu, Yerusalem resmi menjadi wilayah kekuasaan Islam.

Selama dalam kekuasaan Islam, warga Yerusalem hidup tenang dan damai, peraturan administratif yang ditetapkan Muslimin diterima tanpa timbul perdebatan. Setelah segala urusannya selesai Khalifah Umar bin Khattab merencanakan untuk mengunjungi Yerusalem untuk pertama kalinya. Kabar tersebut segera sampai ke telinga para penduduk Yerusalem, mereka bersuka cita dan menyiapkan segala keperluan untuk menyambut kedatangan Khalifah.

Namun pada hari yang telah ditetapkan, semua penduduk Yerusalem yang menyambut kedatangan Umar bin Khattab seketika terkejut. Mereka tidak bisa berkata-kata, tatkala pemimpin tertinggi kaum Muslimin itu datang tanpa iring-iringan mewah. Umar hanya datang sambil mengenakan pakaian lusuh penuh jahitan dengan budak setia yang telah dia merdekakan bernama Aslam. Sambil melangkah dan menuntun untanya, Umar bin Khatab berjalan di tengah-tengah masyarakatnya yang hanya diam menyaksikan kesederhanaan pemimpinnya.

"Lihatlah, sungguh ini adalah kesahajaan dan kegetiran yang telah dikabarkan oleh Danial sang Nabi ketika dia datang ke tempat ini," kata uskup Sophronius usai menyambut kedatangan Umar.

Kemudian, uskup menemani Umar berkeliling mengunjungi tempat-tempat suci di sepanjang kota Yerusalem hingga masuk waktu zuhur. Uskup Sophronius dengan cekatan segera menyilakan Khalifah Umar untuk masuk ke dalam sebuah gereja di tengah kota dan menghamparkan kain suci untuk alas shalat.

Namun tawaran shalat tersebut ditolak Umar. Dia khawatir perbuatannya akan ditiru umat Islam lainnya dan mengubah fungsi gereja menjadi masjid. Umar kemudian meminta uskup untuk mengantarkannya ke bekas reruntuhan kuil Sulaiman yang masih berada di dalam kota Yerusalem.

Setelah sampai di bekas reruntuhan, Umar mendapati tempat tersebut tidak menunjukkan bekas reruntuhan, hanya timbunan sampah kotor. Bersama sahabat-sahabatnya, Umar membersihkan tempat itu hingga bersih.

Untuk kemaslahatan bersama, akhirnya Umar memerintahkan membangun masjid yang terdiri dari bangunan kayu persegi, kelak dikenal dengan Masjid Umar. Dalam perkembangannya, Masjid Umar beberapa kali mengalami pemugaran hingga akhirnya menjadi bangunan dengan menara setinggi 15 meter seperti saat ini.

Kedahsyatan Perang Mu'tah Dan Kepahlawanan Sahabat Nabi

Salah satu pertempuran terdahsyat dan paling heroik yang pernah dialami umat Islam di era awal perkembangan Islam adalah saat mereka yang hanya berkekuatan 3000 orang melawan pasukan terkuat di muka bumi saat itu, Pasukan Romawi dengan kaisarnya Heraklius yang membawa pasukan sebanyak 200.000 orang. Pasukan yang sangat besar tersebut merupakan pasukan aliansi antara kaum Nasrani Romawi dan Nasrani Arab di sekitar dataran Syam, jajahan Romawi. Perang tersebut terjadi di daerah Mu’tah sehingga dikenal dengan sebutan perang Mu’tah (sekitar Yordania sekarang), terjadi pada tanggal 5 Jumadil Awal tahun 8 H atau tahun 629 M.

Latar Belakang Peperangan

Penyebab Perang Mu’tah ini adalah ketika Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam mengirim utusan bernama al-Harits bin Umair al-‘Azdi yang akan dikirim ke penguasa Bushra. Di tengah perjalanan, utusan itu ditangkap Syurahbil bin ‘Amr al-Ghassani dari bani Gasshaniyah (daerah jajahan romawi) dan dibawa ke hadapan kaisar Romawi Heraklius. Setelah itu kepalanya dipenggal. Pelecehan dan pembunuhan utusan negara termasuk menyalahi aturan politik dunia. Membunuh utusan sama saja menantang perang. Hal inilah yang membuat beliau marah.

Mendengar utusan damainya dibunuh, Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam sangat sedih. Setelah sebelumnya berunding dengan para Sahabat, lalu diutuslah pasukan muslimin untuk berangkat ke daerah Syam. Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam sadar melawan penguasa Bushra berarti juga melawan pasukan Romawi yang notabene adalah pasukan terbesar dan terkuat di muka bumi ketika itu. Namun ini harus dilakukan karena bisa saja suatu saat pasukan lawan akan menyerang Madinah. Kelak pertempuran ini adalah awal dari pertempuran Arab Muslim melawan Romawi Bizantium.

Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam berkata:

Pasukan ini dipimpin oleh Zaid bin Haritsah, bila ia gugur komando dipegang oleh Jakfar bin Abu Thalib, bila gugur pula panji diambil oleh Abdullah bin Rawahah –saat itu beliau meneteskan air mata- selanjutnya bendera itu dipegang oleh seorang ‘pedang Allah’ dan Akhirnya Allah Subhânahu wata‘âlâ memberikan kemenangan. (HR. Al-Bukhari)

Ketika pasukan ini berangkat Khalid bin Walid secara sukarela juga ikut menggabungkan diri. Dengan keikhlasan dan kesanggupannya dalam perang hendak memperlihatkan itikad baiknya sebagai orang Islam. Masyarakat ramai mengucapkan selamat jalan kepada komandan-komandan beserta pasukannya itu, dan Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam juga turut mengantarkan mereka sampai ke luar kota, dengan memberikan pesan kepada mereka: Jangan membunuh wanita, bayi, orang-orang buta atau anak-anak, jangan menghancurkan rumah-rumah atau menebangi pohon-pohon. Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam mendoakan dan kaum Muslimin juga turut mendoakan dengan berkata: Allah menyertai dan melindungi kamu sekalian. Semoga kembali dengan selamat.

Komandan pasukan itu semua merencanakan hendak menyergap pihak Syam secara tiba-tiba, seperti yang biasa dilakukan dalam ekspedisi-ekspedisi yang sudah-sudah. Dengan demikian kemenangan akan diperoleh lebih cepat dan kembali dengan membawa kemenangan. Mereka berangkat sampai di Ma’an di bilangan Syam dengan tidak mereka ketahui apa yang akan mereka hadapi di sana.

Jalannya Peperangan

Kaum Muslimin bergerak meninggalkan Madinah. Musuh pun mendengar keberangkatan mereka. Dipersiapkanlah pasukan yang sangat besar guna menghadapi kekuatan kaum Muslimin. Heraklius mengerahkan lebih dari 100.000 tentara Romawi sedangkan Syurahbil bin ‘Amr mengerahkan 100.000 tentara yang terdiri dari kabilah Lakham, Juzdan, Qain dan Bahra‘. Kedua pasukan bergabung.

Mendengar kekuatan musuh yang begitu besar, kaum Muslimin berhenti selama dua malam di daerah bernama Mu’an guna merundingkan apa langkah yang akan diambil. Beberapa orang berpendapat, “Sebaiknya kita menulis surat kepada Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam, melaporkan kekuatan musuh. Mungkin beliau akan menambah kekuatan kita dengan pasukan yang lebih besar lagi, atau memerintahkan sesuatu yang harus kita lakukan.” Tetapi Abdullah bin Rawahah tidak menyetujui pendapat tersebut. Bahkan ia mengobarkan semangat pasukan dengan ucapan berapi-api:

“Demi Allah Subhânahu wata‘âlâ, sesungguhnya apa yang kalian tidak sukai ini adalah sesuatu yang kalian keluar mencarinya, yaitu syahid (gugur di medan perang). Kita tidak berperang karena jumlah pasukan atau besarnya kekuatan. Kita berjuang semata-mata untuk agama ini yang Allah Subhânahu wata‘âlâ telah memuliakan kita dengannya. Majulah! Hanya ada salah satu dari dua kebaikan; menang atau gugur (syahid) di medan perang.” Lalu mereka mengatakan, “ Demi Allah, Ibnu Rawahah berkata benar.”

Demikianlah, pasukan terus ke tujuannya, dengan bilangan yang jauh lebih sedikit menghadapi musuh yang berjumlah 200.000 yang berhasil dihimpun orang Romawi untuk menghadapi suatu peperangan dahsyat yang belum ada taranya pada masa sebelum itu.

Kepahlawanan dan Syahidnya Zaid bin Haritsah

Sesuai perintah Rasulullah, pasukan Islam dipimpin Zaid bin Haritsah dengan bendera di tangannya. 3.000 pasukan Islam melawan 100.000 tentara Romawi jelas tak seimbang. Zaid bertempur dengan gagah berani. Sampai kemudian sebuah tombak Romawi menancap di tubuhnya. Darah segar assaabiquunal awwalun tumpah di bumi Muktah. Andaikan memiliki air mata, tanah di sana sudah menangis sejak tubuh mulia itu terjatuh. Zaid tergeletak sudah. Syahid.

Kepahlawan dan Syahidnya Ja'far bin Abu Thalib

Lalu komandan perang dipegang Ja’far bin Abu Thalib. Ja’far bertempur dengan gagah berani sambil memegang bendera pasukan. Sahabat yang tampan ini bertempur hebat di atas kudanya. Ketika pertempuran makin sengit, kudanya terkena senjata musuh. Ja’far terlempar. Ia segera kembali bertempur lagi. Sampai akhirnya, ada pasukan Romawi yang menebas tangan kanannya hingga putus. Darah suci pahlawan Islam tertumpah ke bumi.

Lalu bendera dipegang tangan kanannya. Rupanya pasukan Romawi tidak rela bendera itu tetap berkibar. Tangan kanannya pun ditebas hingga putus. Kini ia kehilangan dua tangannya. Yang tersisa hanyalah sedikit lengan bagian atas. Dalam kondisi demikian, semangat beliau tidak surut, ia tetap berusaha mempertahankan bendera dengan cara memeluknya sampai beliau gugur oleh senjata lawan. Ada diantara mereka yang menyerang Ja’far dan membelah tubuhnya menjadi dua.

Berdasarkan keterangan Ibnu Umar Radhiyallâhu ‘anhu, salah seorang saksi mata yang ikut serta dalam perang itu, terdapat tidak kurang 90 luka di bagian tubuh depan beliau akibat tusukan pedang dan anak panah.

Kepahlawanan dan Syahidnya Abdullah bin Rawahah

Ketika ia bertempur sebagai seorang prajurit, ibnu Rawahah ini menerjang ke muka dan ke belakang, ke kiri dan ke kanan tanpa ragu-ragu dan perduli. Sekarang setelah menjadi panglima seluruh pasukan yang akan dimintai tanggung jawabnya atas hidup mati pasukannya, demi terlihat kehebatan tentara romawi seketika seolah terlintas rasa kecut dan ragu-ragu pada dirinya. Tetapi saat itu hanya sekejap, kemudian ia membangkitkan seluruh semangat dan kekutannya dan melenyapkan semua kekhawatiran dari dirinya, sambil berseru:

"Aku telah bersumpah wahai diri, maju ke medan laga
Tapi kenapa kulihat engkau menolak syurga …..
Wahai diri, bila kau tak tewas terbunuh, kau kan pasti mati
Inilah kematian sejati yang sejak lama kau nanti …….
Tibalah waktunya apa yang engkau idam-idamkan selama ini
Jika kau ikuti jejak keduanya, itulah ksatria sejati ….!

(Maksudnya, kedua sahabatnya Zaid dan Ja’far yang telah mendahului gugur sebagai syuhada).
Jika kamu berbuat seperti keduanya, itulah ksatria sejati…..!”

Ia pun maju menyerbu orang-orang Romawi dengan tabahnya. Kalau tidaklah taqdir Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menentukan, bahwa hari itu adalah saat janjinya akan ke syurga, niscaya ia akan terus menebas musuh dengan pedangnya, hingga dapat menewaskan sejumlah besar dari mereka. Tetapi waktu keberangkatan sudah tiba, yang memberitahukan awal perjalanannya pulang ke hadirat Allah, maka naiklah ia sebagai syahid.

Jasadnya jatuh terkapar, tapi rohnya yang suci dan perwira naik menghadap Zat Yang Maha Pengasih lagi Maha Tinggi, dan tercapailah puncak idamannya: “Hingga dikatakan, yaitu bila mereka meliwati mayatku: Wahai prajurit perang yang dipimpin Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan benar ia telah terpimpin!” “Benar engkau, ya Ibnu Rawahah….! Anda adalah seorang prajurit yang telah dipimpin oleh Allah…..!”

Rasulullah Menerima Kabar Syahidnya Para Komandan Perang Mu'tah

Selagi pertempuran sengit sedang berkecamuk di bumi Balqa’ di Syam, Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam sedang duduk beserta para sahabat di Madinah sambil mempercakapkan mereka. Tiba-tiba percakapan yang berjalan dengan tenang tenteram, Nabi terdiam, kedua matanya jadi basah berkaca-kaca. Beliau mengangkatkan wajahnya dengan mengedipkan kedua matanya, untuk melepas air mata yang jatuh disebabkan rasa duka dan belas kasihan … ! Seraya memandang berkeliling ke wajah para sahabatnya dengan pandangan haru, beliau berkata:

“Panji perang dipegang oleh Zaid bin Haritsah, ia bertempur bersamanya hingga ia gugur sebagai syahid. Kemudian diambil alih oleh Ja’far, dan ia bertempur pula bersamanya sampai syahid pula.”. Be!iau berdiam sebentar, lain diteruskannya ucapannya: “Kemudian panji itu dipegang oleh Abdulah bin Rawahah dan ia bertempur bersama panji itu, sampai akhirnya ia·pun syahid pula”.

Kemudian Rasul diam lagi seketika, sementara mata beliau bercahaya, menyinarkan kegembiraan, ketentraman dan kerinduan, lalu katanya pula : “Mereka bertiga diangkatkan ke tempatku ke syurga …”

Para sahabat di sisi Rasulullah juga tidak henti-hentinya meneteskan air mata. Tangis duka. Tangis kehilangan. Kehilangan sahabat-sahabat terbaik. Kehilangan pahlawan-pahlawan pemberani. Namun bersamaan dengan tangis itu juga ada kabar gembira bagi mereka. Bahwa ketiga orang itu kini disambut para malaikat dengan penuh hormat, dijemput para bidadari, dan mendapati janji surga serta ridha Ilahi. Secara khusus kepada Ja’far bin Abu Thalib yang terbelah tubuhnya, ia dijuluki dengan Ath-Thayyar (penerbang) atau Dzul-Janahain (orang yang memiliki dua sayap) sebab Allah menganugerahinya dua sayap di surga, dan dengan sayap itu ia bisa terbang sekehendaknya.

Strategi Perang Khalid bin Walid

Setelah ke-3 Panglima Pasukan Muslimin itu gugur, kendali pasukan kemudian diambil alih oleh Khalid bin Walid. Khalid bin Walid Ra yang dijuluki "pedang Allah yang terhunus" sangat sadar, tidaklah mungkin menandingi pasukan sebesar pasukan Romawi tanpa siasat yang jitu. Ia lalu mengatur strategi, ditebarkan rasa takut ke diri musuh dengan selalu merubah formasi pasukan setiap hari. Pasukan di barisan depan ditukar dibelakang, dan yang dibelakang berada didepan. Pasukan sayap kanan berganti posisi ke kiri begitupun sebaliknya. Tujuannya adalah agar pasukan Romawi mengira pasukan muslimin mendapat bantuan tambahan pasukan baru.

Khalid bin Walid memerintahkan beberapa kelompok prajurit kaum muslimin pada pagi harinya agar berjalan dari arah kejauhan menuju medan perang dengan menarik pelepah-pelepah pohon sehingga dari kejauhan terlihat seperti pasukan bantuan yang datang dengan membuat debu-debu berterbangan. Pasukan musuh yang menyaksikan peristiwa tersebut mengira bahwa pasukan muslim benar-benar mendapatkan bala bantuan. Mereka berpikir, bahwa kemarin dengan 3000 orang pasukan saja merasa kewalahan, apalagi jika datang pasukan bantuan. Karena itu, pasukan musuh merasa takut dan akhirnya mengundurkan diri dari medan pertempuran. Pasukan Islam lalu kembali ke Madinah, mereka tidak mengejar pasukan Romawi yang lari, karena dengan mundurnya pasukan Romawi berarti Islam sudah menang.

Hasil Peperangan

Ibnu Ishaq dan Ibnu Hisyam menyebutkan bahwa pertempuran ini berakhir imbang. Hal ini dikarenakan kedua belah pasukan sama-sama menarik mundur pasukannya yang lebih dahulu dilakukan oleh Romawi. Sedangkan Ibnu Katsir menyebutkan bahwa dalam pertempuran ini kemenangan berada di tangan Muslim.

Sebenarnya tanpa ada justifikasi kemenanganpun akan diketahui ada dipihak siapa. Keberanian pasukan yang hanya berjumlah 3.000 dengan gagah berani menghadapi dan dapat mengimbangi pasukan yang sangat besar dan bersenjata lebih canggih dan lengkap cukup menjadi bukti. Bahkan jika menghitung jumlah korban dalam perang itu siapapun akan langsung mengatakan bahwa pasukan muslimin menang. Mengingat korban dari pihak muslim hanya 12 orang, (Menurut riwayat Ibnu Ishaq 8 orang, sedang dalam kitab as-Sîrah ash-Shahîhah (hal.468) 13 orang) sedangkan pasukan Romawi tercatat sekitar 20.000 orang.

Perang ini adalah perang yang sangat sengit meski jumlah korban hanya sedikit dari pihak muslim. Di dalam peperangan ini Khalid bin Walid Ra telah menunjukkan suatu kegigihan yang sangat mengagumkan. Imam Bukhari meriwayatkan dari Khalid sendiri bahwa ia berkata: “Dalam perang Mu‘tah, sembilan bilah pedang patah di tanganku kecuali sebilah pedang kecil dari Yaman.” Ibnu Hajar mengatakan, Hadis ini menunjukkan bahwa kaum Muslimin telah banyak membunuh musuh mereka.

Pelajaran Yang Dapat Kita Ambil Dari Perang Mu'tah

Kita merasa berat melakukan sesuatu yang kita anggap sulit padahal kita tidak pernah berjihad. Kita mengeluh sering pulang malam dan kecapekan karena kita tidak pernah membayangkan mobilitas para sahabat seperti Zaid, Ja’far dan Ibnu Rawahah yang menempuh perjalanan beberapa pekan, lalu berperang beberapa pekan pula. Kita mengeluhkan hari libur yang tersita sehingga jarang berekreasi bersama keluarga karena kita tak pernah menempatkan diri seperti Zaid, Ja’far dan Ibnu Rawahah yang setiap kali berangkat jihad mereka meninggalkan wasiat pada istri dan keluarganya. Kita mengeluh korban tenaga, kehujanan, sampai terkena flu bahkan masuk rumah sakit. Karena kita tak pernah membayangkan jika kita yang menjadi para sahabat. Bukan flu yang menyerang tetapi anak-anak panah yang menancap di badan. Bukan panas dan meriang yang datang tetapi tombak yang menghujam. Bukan batuk karena kelelahan tapi sayatan pedang yang membentuk luka dan menumpahkan darah.

Kita mengeluh dengan pengeluaran sebagian kecil uang kita karena kita tidak membayangkan betapa besarnya biaya jihad para sahabat. Mulai dari membeli unta atau kuda, baju besi sampai senjata. Kita mengeluhkan masyarakat kita yang tidak juga menyambut dakwah sementara Zaid, Ja’far, dan Ibnu Rawahah bahkan tak pernah mengeluh meskipun berhadapan dengan 100.000 pasukan musuh. Kita merasa berat dan seringkali mengeluh karena kita tak memahami bahwa perjuangan Islam resikonya adalah kematian. Maka yang kita alami bukan apa-apa dibanding tombak yang menghujam tubuh Zaid bin Haritsah. Yang kita keluhkan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan sabetan pedang yang memutuskan dua tangan Ja’far bin Abu Thalib dan membelah tubuhnya. Yang kita rasa berat tidak seberapa dibandingkan luka-luka di tubuh Ibnu Rawahah yang membawanya pada kesyahidan.

Lalu pantaskah kita berharap Rasulullah menangis karena kematian kita? Pantaskah kita berharap malaikat datang menyambut kita? Atau bidadari menjemput kita? Kemudian pintu surga dibukakan untuk kita?

Ya Allah, jika kami memang belum pantas untuk itu semua, jangan biarkan kami mengeluh di jalan dakwah ini. Ya Allah, anugerahkanlah hidayah-Mu kepada kami, dan janganlah Engkau jadikan hati kami condong pada kesesatan sesudah Engkau memberi hidayah pada kami. Amin.

Perang Ain Jalut, Awal Kehancuran Tartar

Pertengahan bulan Muharam 656 H, pasukan Tartar yang dipimpin Hulagu Khan dengan jenderal perang Kitbugha Noen sampai di benteng Baghdad. Mereka mulai menggali parit dan membangun pangkalan militer untuk bersiap menyerang Baghdad. Majaniq pelempar batu, kendaran-kendaraan perang dan peluncur anak panah siap dioperasikan, menjadikan Baghdad sebagai sasaran empuk baik siang maupun malam.

Adalah Ibn Al-Alqami seorang syiah, wazir khalifah Al-Musta'shim melakukan pengkhianatan dengan bergabung dengan pasukan Tartar dan berkata manis di depan Khalifah, merayunya untuk keluar menuju Hulagu Khan.

Perjanjian damai disepakati, Khalifah memerintahkan seluruh tentara dan warga Baghdad untuk meletakkan senjata. Sementara Khalifah digiring tentara Tartar menuju Istana. Di sana, seluruh barang berharga dirampas pasukan Tartar dan orang-orang yang berkhianat. Khalifah dibunuh dengan cara dimasukkan ke dalam tas besar lalu ditendang oleh sejumlah tentara. Menandakan berakhirnya kekuasaan dinasti Abbasiah.

Pasukan Tartar mulai memasuki pemukiman penduduk dan menebarkan bencana yang besar bagi umat Islam. Mereka membunuh setiap orang yang mereka jumpai, hingga bayi-bayi yang masih berada dalam kandungan. Mereka menjarah semua harta, merobohkan rumah-rumah dan membakar buku-buku, hingga air sungai Tigris berwarna hitam penuh abu bercampur darah.

Bulan Shafar 658 H, pasukan Tartar tiba di Aleppo. Di sana, apa yang mereka lakukan tidak jauh berbeda dengan di Baghdad. Selanjutnya mereka meluluhlantakkan kota Damaskus. Saat itu, kaum Nasrani Damaskus mulai menampakkan kesombongannya. Mereka mulai mengangkat salib-salib mereka, menuangkan khamar di masjid-masjid dan menyiramkannya kepada orang-orang yang sedang shalat.

Ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi mengapa Hulagu sangat bernafsu menaklukkan wilayah muslim dan kejam setiap kali dia berhasil menguasainya. Hal itu disebabkan Ibu Hulagu, istri dan sahabat dekatnya, Kitbuqa termasuk kristen fanatik yang memendam kebencian mendalam terhadap orang muslim. Juga para penasehatnya banyak yang berasal dari Persia yang memang berharap dapat membalas dendam atas kekalahan mereka satu abad sebelumnya ketika Persia ditaklukan oleh pasukan muslim pada masa Khalifah Umar bin Khattab.

Perang Ain Jalut

Sebelum menyerang Mesir, Hulagu Khan mengirim surat kepada penguasa Mesir, Muzhaffar Saifuddin "Quthuz" bin Abdillah Al-Muiz yang berasal dari keturunan para Sultan Al-Khawarizmi di Asia Tengah, yang sebelumnya telah dibumi hanguskan oleh Kaisar Jengis Khan, kakek Hulagu Khan. Dalam suratnya Hulagu Khan meminta Saifuddin Quthuz untuk menyerah. Ketakutanpun menghantui warga mesir, hingga akhirnya Saifuddin Quthuz menyerukan semangat jihad, atas nasehat Al-Imam Izzuddin bin Abdis Salam.

Ramadhan 658 H, bersama 40.000 tentara, Saifuddin Quthuz bergerak menuju Shalihiyah, lalu mengobarkan semangat jihad di sana, kemudian mengangkat Ruknuddin Baibars untuk memimpin Pasukan menuju Gaza. Sementara itu Hulagu Khan memerintahkan Kitbugha Noen panglima Tartar yang kristen, menggantikan kedudukannya, sedangkan dia sendiri pulang ke Cina untuk ikut serta dalam pemilihan Khan penguasa Mongol, setelah kematian penguasa sebelumnya, yaitu Mongke Khan, kakak Hulagu Khan.

Di Ain Jalut, dataran luas yang dikelilingi perbukitan di bagian barat, Saifuddin Quthuz menyusun strategi perang menghadapai tentara Tartar. Tak disangka datang seorang utusan dari Sharimuddin Baibars, seorang pemimpin Syam yang bekerja sama dengan Hulaghu Khan dalam menaklukkan negara Islam. Dia menyampaikan pesan bahwa Sharimuddin Baibars akan membantu pasukan Muslimin dari dalam barisan pasukan Tartar Mongol dan membawa tiga informasi penting lainnya. Dia menginformasikan bahwa pasukan Tartar Mongol tidak sebanyak pasukan yang telah menaklukkan negara Islam sebelumnya, dan sayap kanan pasukan Tartar Mongol lebih kuat, serta berita bahwa Al-Asyraf al-Ayyuby menarik dirinya untuk memerangi pasukan Muslimin dan akan menghancurkan pasukan Tartar Mongol dari dalam barisan mereka. Mendengar berita tersebut, Saifuddin Quthuz dan para pemimpin militer lainnya antara membenarkan dan meragukan informasi tersebut. Dengan segera mereka mempersiapkan berbagai strategi.

Malam harinya adalah malam ke 25 Ramadhan 658 H, Saifuddin Quthuz dan seluruh pasukan muslimin beribadah dan bermunajat kepada Allah dengan penuh khusyuk agar diberikan kemenangan pada esok harinya.

Setelah menunaikan shalat subuh dengan penuh khusyuk. Matahari di ufuk timur telah menampakkan wajahnya, dari jauh pasukan muslimin melihat pasukan Tartar Mongol datang dalam jumlah besar. Saifuddin Quthuz mengisyaratkan kepada pasukan pertama yang dipimpin Ruknuddin Baibas untuk turun ke medan terbuka yang secara perlahan dan pasukan lainnya bersembunyi di perbukitan.

Melihat kehadiran pasukan muslimin menuruni bukit, Katbugha Noen panglima pasukan Tartar Mongol terkejut dan terkesima melihat kerapian mereka. Tidak menyangka masih ada kaum muslimin yang masih mempertahankan dirinya dan maju ke medan peperangan dengan gagah berani. Ia terbiasa menyaksikan ketakutan kaum muslimin dengan kedatangan pasukan Tartar Mongol di mana saja. Melihat sedikitnya pasukan muslimin, Katbugha Noen bermaksud menghancurkan kekuatan pasukan Islam ini dengan sekali pukulan. Dengan satu perintah ia mengarahkan seluruh pasukannya tanpa meninggalkan pasukan cadangan dengan maksud satu kali serangan saja pasukan Islam luluh lantak.

Pada saat penting ini tampil berperan pasukan beduk dan terompet memberi isyarat dengan arahan Saifuddin Quthuz. Setiap pukulan dan tiupan terompet memiliki makna. Saifuddin Quthuz memberi isyarat maju kepada pasukannya. Dengan serentak, di bawah komando Ruknuddin Baibars pasukan Islam mulai menyerang. Akhirnya kedua pasukan bertemu, dan perang pun tak terelakkan lagi. Senjata saling beradu dan korban berjatuhan. Pemandangan berubah seketika. Tatkala takbir para petani Palestina mengiringi berlangsungnya pertempuran hebat yang tidak pernah mereka saksikan sebelumnya.

Dari jauh Saifuddin Quthuz dengan sabar dan tenang, mengamati dan mengontrol gerakan pasukannya. Kemudian mengisyaratkan untuk melakukan strategi mundur perlahan ke arah selatan 'Ain Jalut memancing pasukan Tartar Mongol ke tengah pasukan Islam yang bersembunyi di perbukitan yang mengelilingi medan 'Ain Jalut. Manuver ini terlaksana dengan baik. Pada waktu yang tepat manuver lainnya dilakukan, isyarat kepungan ditunjukkan oleh Saifuddin Quthuz sehingga pasukan Islam turun dari perbukitan lalu mengepung pasukan Tartar Mongol dari semua penjuru. Katbugha Noen terkejut dengan strategi pasukan Islam dan menyadari bahwa mereka telah dikepung di medan 'Ain Jalut. Tidak ada kesempatan untuk lari. Mereka harus bertempur dengan seluruh kekuatan yang mereka miliki meski semua gerakan mereka terlihat bebas oleh pasukan muslimin.

Sayap kanan pasukan Tartar sungguh kuat. Hampir saja sayap kiri pasukan muslimin dikuasai dan membalikkan kepungan. Saifuddin Quthuz mengamati pasukannya dan memerintahkan pasukan cadangan untuk membantu sayap kiri pasukan Islam. Namun tetap belum bisa mengimbangi kekuatan Pasukan Tartar Mongol. Saifuddin Quthuz melihat pasukan Islam gentar terhadapa pasukan Tartar, akhirnya Saifuddin Quthuz turun berperang bersama pasukannya. Dengan membuka perlengkapan perangnya ia memacu kuda dan berteriak "wa islamah, wa islamah", langsung menerobos pasukan musuh tanpa ada keraguan dan berpikir panjang dengan masa mudanya yang masih panjang. Ia memberi pelajaran berharga kepada semua kaum muslimin agar mencari syahid dan tidak gentar terhadap musuh. Hal ini menambah semangat dan mental pasukan muslimin untuk mencari syahid fi sabilillah.

Akhirnya pasukan Islam dapat mengalahkan pasukan Tartar Mongol di bawah kepemimpinan Saifuddin Quthuz. Kitbugha Noen tewas diantara tumpukan mayat tentara Tartar. Saifuddin Quthuz bersujud dan berkata: "Sekarang aku dapat tidur dengan tenang!".

Selanjutnya Baibars, bergerak menuju Damaskus dan dan Aleppo membersihkan sisa-sisa pasukan Tartar, membebaskan tawanan-tawanan muslim dan menghukum para pengkhianat nasrani yang membantu pasukan Tartar menghancurkan Damaskus.

Pasukan Hulagu yang dikirim untuk membalas kekalahan dari Bani Mamluk sebagian dihadang oleh pasukan Berke Khan, Khan Mongol yang menguasai wilayah Rusia dan Kaukasus yang sudah memeluk agama Islam dan bersekutu dengan Bani Mamluk dalam menghadapi serbuan balasan ini. Terjadilah perang saudara, yang terkenal dengan sebutan perang Berke-Hulagu yang berakhir dengan kekalahan telak dari pasukan Hulagu. Sebagian pasukan Hulagu lainnya yang berhasil sampai di Syria bertempur dengan pasukan muslim dari Bani Mamluk pimpinan Baibars dan berhasil dihancurkan juga.

Menurut sejarawan Rashid al-Din, pada saat kota Baghdad jatuh dan mendengar kekejaman Hulagu, sebenarnya Berke Khan sudah mengirim surat kritikan kepada Mongke atas kelakuan Hulagu tetapi dia tidak tahu bahwa Mongke sudah meninggal saat itu dalam perjalanan ke China. Banyak sejarawan mengatakan banyak jasa yang diberikan oleh Berke Khan sehingga menyelamatkan Timur Tengah dari pembalasan Hulagu.

Sabtu, 08 September 2012

Gunakan Dinar Sekarang Atau Amerika Akan Menggunakannya Kelak

“Gunakanlah mata uang emas atau dinar karena Israel dan Amerika akan menggunakan emas sebagai mata uang esok hari,”

Ucapan di atas saya ambil dari ceramah Syekh Imran Hossein di Mesjid Raya Bogor, 11 Juni 2011. Dengan membawakan tema “The Future of Islam”, pakar konspirasi dan akhir zaman asal Trinidad dan Tobago itu, mengingatkan jama’ah atas nasib umat muslim dewasa ini. Ia mengatakan bahwa umat Islam telah menjadi pecundang yang menyedihkan di negerinya sendiri. Menurutnya penggunaan uang kertas oleh kita adalah keladi dari kemiskinan yang merata di seluruh Indonesia.

“Karena uang kertas itu jugalah Singapura menjadi negara yang sangat kaya raya,” ujarnya kesal.

Baginya ini sangat memalukan, sungguh bahkan. Padahal Islam telah memiliki sistem keuangan yang murni, orisinal, dan menyejahterakan. Namun sistem Ekonomi Islam yang telah diwarisi oleh Nabi Muhammad SAW dicampakkan begitu saja.

“Memalukan, sesuatu yang sangat memalukan bagi umat Muhammad saw., yang tidak dapat mengenali uang kertas ini sebagai penipuan. Penipuan adalah sesuatu yang haram dan uang kertas adalah instrumen untuk melegalisasi pencurian. Kita adalah pecundang yang menyedihkan,” lirih penulis buku The Gold Dinar and Silver Dirham itu dilumuri kekecewaan. Muka para jama’ah juga mengamininya.

Namun di balik itu semua, kalimat “Israel dan Amerika akan menggunakan mata uang emas kedepannya” betul-betul harus kita garis-bawahi. Invasi Amerika ke Papua untuk mengeruk sumberdaya emas bangsa ini betul-betul pada titik nadir. Bukan mustahil langkah tersebut adalah jalan bagi Amerika beserta sekutunya yang telah memprediksi kejatuhan ekonomi mereka dan beralih dari Dollar (US$) menuju emas bercahaya.

Menurut Muhaimin Iqbal, praktisi Dinar di Indonesia, perilaku US$ selalu bergerak berlawanan arah dengan harga emas. Kalau US$ yang diindikasikan dengan US$ Index naik, maka harga emas yang turun. Sebaliknya jika index US$ turun, maka harga emas yang akan naik. Tentu banyak faktor yang mempengaruhi naik turunnya US$ ini. Tidak terbatas pada faktor ekonomi saja, isu-isu politik, keamanan dan lain sebagainya ikut mempengaruhi fluktuasi US$.

Menurutnya, salah satu isu untuk melihat fluktuasi dapat kita ambil dari tren ekonomi Amerika Serikat. Untuk memahami akan kemana ekonomi Amerika, maka kita bisa menggunakan dua buah data, yakni perumahan dan pengangguran.

Data dari pasar perumahan efeknya riil seperti krisis sub-prime mortgage yang sudah terjadi selama hampir dua tahun terakhir, awalnya adalah krisis di kredit perumahan, namun dampaknya kemana-mana. Di samping data mengenai perumahan, tentu data pengangguran juga bisa kita gunakan karena melalui data ini kita akan sangat mudah menggambarkan kondisi ekonomi suatu negara, termasuk Amerika.

Dari sisi perumahan, data kwartalan terakhir House Price Index yang dikeluarkan Case-Shiller menunjukkan penurunan hingga 14.1%. Ini merupakan penurunan yang paling tajam sepanjang sejarah, bahkan lebih tajam dibandingkan dengan penurunan pada masa great depression tahun 1930-an.

Menurunnya data penjualan rumah serta indeks harga rumah AS mengindikasikan bahwa kontraksi ekonomi global masih terus berlangsung. Dibutuhkan suatu langkah yang konkret untuk dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan menurunkan tingkat pengangguran.

Pada sisi pengangguran juga begitu. Di tahun 2008 saja pengangguran di Amerika telah mencapai angka di atas 5%. Angka itu melonjak drastis pada tiga tahun setelahnya (September 2011) di mana Depnaker AS mengatakan tingkat pengangguran di 20 negara bagiannya berada di atas angka nasional 9,1 persen, dengan tingkat tertinggi berada di Nevada yang mencapai 13,4 persen.

Pada tahun 2012 angkanya pun tidak mengalami perubahan berarti. Di New York City kini tingkat kemiskinan naik secara signifikan ke rekor tertinggi dibanding tahun 2010 seperti dirilis oleh City’s Center for Economic Opportunity. Bahkan menurut laporan The New York Times menemukan bahwa jumlah warga New York yang tergolong miskin pada tahun ini meningkat hampir 100.000 orang sejak tahun 2009. Persentase tingkat kemiskinan pun naik 1,3 % menjadi 2,1%.

Data pemerintah menunjukkan 12,7 juta warga Amerika kini menjadi pengangguran. Empat dari 10 di antaranya tidak bisa mendapat pekerjaan selama 27 minggu atau lebih. Menurut ekonom, pertambahan lapangan kerja dibutuhkan untuk memberi konsumen kepercayaan yang mereka perlukan untuk melakukan pembelian, dan mendorong perusahaan melakukan investasi yang mengarah pada perekrutan baru.

Maka itu menarik jika menyimak perkataan Alen Gresspan, mantan chairman dari Federal Reserve AS (1987-2006), yang mengatakan, “Bila dibiarkan inflasi terus tumbuh, pertumbuhan akan turun, rakyat akan menderita dengan penurunan taraf hidup dan Amerika sangat mungkin menghadapi stagflation.”

Realitas ini akan berpeluang untuk memberi jalan hancurnya dollar AS yang pada saat bersamaan meruntuhkan hegemoni ekonomi kapitalis Amerika. Pada titik ini pula maka nilai emas akan semakin melonjak naik.

Data dari Bloomberg.com, misalnya, harga emas di bulan Oktober 2011 telah mengalami peningkatan terpanjang dalam 2 bulan terakhir. Hal ini disebabkan oleh kejatuhan Dollar yang memicu peningkatan permintaan logam mulia tersebut sebagai aset alternatif.

Dollar mencetak rekor penurunan terbesar terhadap Yen dan mundur terhadap Euro, setelah para pemimpin Uni-Eropa setuju untuk memperbesar dana bantuan menjadi empat atau lima kali lebih besar, menjadi sekitar 1 trilyun euro ($1.4 milyar). Sedangkan Emas telah meningkat sebesar 23% sepanjang tahun 2011. Sebaliknya dollar malah menurun sebesar 5.7% terhadap Euro.

Grafiknya tidak jauh beda pada tahun 2012. Harga emas terus naik sekitar 1,790 dollar AS pada bulan Februari, tingkat tertinggi sejak tahun 2012, setelah Fed pada waktu itu mengatakan akan terus mengarahkan suku bunga mendekati nol sampai setidaknya pada akhir 2014. Sedangkan di Comex, harga emas berjangka untuk penyerahan September 2012 ditutup pada level harga 1.684,6 dollar AS per troy ons atau menguat sebesar 31,1 dollar AS per troy ons.

Tampaknya AS menyadari gejala ini. Meminjam bahasa Syekh Imran, mereka akan melakukan segala daya upaya agar keuangan mereka tetap stabil. Salah satunya beralih ke emas.

Gejala itu memang sudah tampak. Sejumlah kalangan di Negeri Paman Sam begitu gencar mengusulkan penggunaan koin emas dan perak sebagai alat transaksi. Negara bagian Utah menjadi pelopornya. Belum lama ini, sejumlah wakil rakyat di sana menyusun rancangan undang-undang terkait hal tersebut. RUU itu telah lolos hingga ke tingkat Kongres melalui pemungutan suara. Jika RUU itu nanti disahkan maka koin emas dan koin perak akan menjadi alat tukar alternatif bagi rakyat Utah selain uang kertas dolar.

Ternyata Utah dan Virginia tidak sendiri. Dikabarkan negara bagian mulai melirik koin emas dan perak untuk alat transaksi. Ide ini bertumbuh di Idaho, South Carolina, New Hampshire, Tennesse, Indiana, Iowa, Oklahoma, Vermont, Georgia, Missouri dan Washington.

Maka tidak heran bahwa kunjungan Hilary Clinton baru-baru ini adalah upaya untuk mengukuhkan tangan AS di Papua sebagai upaya menstabilkan ekonomi AS melalui tambang emas di Papua. Terlebih di akhir pemerintahannya Barack Obama jika tidak mampu mendongkrak perekenomian Amerika dengan mewarisi hutang sebesar US$16 triliun; jumlah yang dua kali lebih banyak daripada saat Bush masih menjabat. Bahwa kapitalisme telah gagal.

Jadi mungkin betul perkataan Syekh Imran, kelak Amerika akan mengganti dollar dengan emas sebagai mata uangnya. Lalu bagaimana dengan kita? Masihkah kita bergeming untuk beralih ke dinar?

“(Juallah) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir dengan sya’ir, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (dengan syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai ” (Shahih Muslim).

Courtesy : eramuslim

Aku Diajarkan Untuk Membenci Islam

Selama ratusan tahun, kami diajarkan baik dalam sejarah dan buku-buku agama untuk membenci agama Islam dan menghinanya. Semua karikatur dan fitnah terhadap Nabi Muhammad yang beredar di media, adalah bagian dari materi pelajaran dan ujian di sekolah.

Ini adalah cerita perjalananku dalam menemukan Islam.

Aku dilahirkan di kota Athena, Yunani dari keluarga Yunani Orthodok. Keluarga ayahku tinggal di Istanbul Turki hampir sepanjang hidup mereka, dan ayahku pun lahir dan dibesarkan disana. Keluarga ayahku adalah keluarga kaya, berpendidikan, dan seperti layaknya keluarga kristen orthodok yang tinggal di negara Islam, mereka pun melaksanaan ibadah sesuai agama mereka.

Kemudian datang suatu waktu dimana Pemerintah Turki memutuskan untuk mengusir warga Yunani mayoritas keluar dari Turki dan menyita semua kekayaan, rumah serta usaha mereka. Sehingga akhirnya keluarga ayahku harus kembali ke Yunani dengan tangan kosong. Itulah yang dilakukan muslim Turki terhadap mereka, dan hal tersebut menjadi sebuah validasi bagi mereka untuk membenci Islam.

Keluarga ibuku tinggal di perbatasan antara Yunani dan Turki. Pada saat penyerangan oleh Turki, tanah perbatasan tersebut dikuasi oleh Turki, dan mereka membakar rumah-rumah penduduk Yunani. Untuk menyelamatkan diri, warga-warga Yunani yang tinggal disana lari ke kota utama Yunani. Hal ini menjadi alasan untuk lebih membenci Muslim Turki.

Yunani selama lebih dari 400 tahun diduduki oleh Turki, dan kami diajarkan untuk mempercayai bahwa setiap kejahatan yang dilakukan terhadap warga Yunani, adalah tanggung jawab Islam. Orang-orang Turki adalah muslim dan kejahatan yang mereka lakukan mencerminkan kepercayaan agamanya.

Hal tersebut sebenarnya adalah rencana bijak yang dilakukan oleh Gereja Orthodok Yunani (agama dan politik di Yunanani adalah satu kesatuan), untuk membangun kebencian di hati setiap orang Yunani terhadap Islam. Ini dilakukan untuk melindungi agama mereka dan mencegah warganya berpindah ke agama Islam.

Jadi selama ratusan tahun, kami diajarkan dalam sejarah dan buku-buku Islam untuk membenci dan menghina agama Islam.

Dalam buku kami, Islam bukanlah suatu agama dan Muhammad (keberkahan untuknya) bukanlah seorang nabi! Ia hanyalah pemimpin dan politikan cerdas yang mengumpulkan berbagai aturan dan hukum dari Yahudi dan Kristen, serta menambahkan beberapa idenya sendiri yang kemudian digunakan untuk menaklukan dunia.

Di sekolah kami diajarkan untuk menghina Muhammad dan istrinya atau para pengikutnya. Semua karikatur dan fitnah terhadap beliau yang beredar di media hari ini sebenarnya adalah bagian dari pelajaran dan materi ujian kami.

Alhamdulillah, Allah melindungi hatiku, dan kebencian terhadap Islam tidak memenuhi hatiku.

Warga Yunani lainnya pun juga berhasil menghilangkan beban warisan dari agama Orthodok yang disimpan di pundak mereka dan mereka telah terbuka. Atas kehendak Allah, mata, telinga dan hati mereka ditunjukkan untuk melihat Islam sebagai agama yang benar yang dikirim Allah, dan Muhammad adalah nabi yang sebenernya serta penutup dari semua nabi.

Orang-orang muslim percaya bahwa Allah mengirimkan utusannya untuk umat manusia sebagai pemberi petunjuk bagi mereka. Dimulai dari Adam, Nuh, Ibrahim, Ismail, Ishak, Musa dan Isa (semoga keberhakan untuk mereka semua). Namun, petunjukkan Allah yang terakhir di tutup oleh Nabi Muhammad (keberkahan untuknya).

Hal yang sangat membantukku adalah kenyataan bahwa kedua orangtuaku bukanlah orang yang sangat religius. Mereka jarang sekali melakukan ibadah sesuai agama mereka, dan hanya membawaku ke gereka pada saat pernikahan atau pemakaman.

Apa yang membawa ayahku keluar dari agamanya adalah korupsi yang ia lihat setiap harinya dilakukan oleh para pendeta.

Bagaimana mungkin pendeta-pendeta tersebut berbicara tentang tuhan dan menganjurkan kebaikan, dan pada saat yang sama mencuri dari sumbangan untuk gereja, membeli vila dan memiliki mobil mercedes serta menyebarkan homoseksualiti diantara mereka? Apakah ini adalah perwakilan yang benar dari agama yang akan mengarahkan kita, membenarkan kita dan menunjukkan jalan pada kita untuk lebih dekat kepada tuhan? Ayahku kecewa pada mereka dan ini mendorong dia untuk menjadi atheis.

Gereja kehilangan banyak pengikutnya, setidaknya di negaraku, karena tingkah laku para pendetanya. Dalam Islam seorang syeikh atau murid yang mendalami agama membantu dan mengarahkan sesamanya dengan semangat yang tinggi dan hanya dengan keinginan untuk menyenangkan Allah dan mendapatkan jalan mereka menuju surga.

Di Kristen, menjadi pendeta adalah pekerjaan yang menguntungkan. Korupsi yang terjadi didalam lingkungan gereja, mendorong banyak anak-anak muda untuk menjauh dari agama dan mengarahkan mereka untuk mencari yang lain.

Sebagai seorang remaja aku senang membaca berbagai macam buku dan aku mereka kurang puas dan yakin dengan kristen. Aku percaya akan Tuhan, merasa takut dan mencintai-Nya, tetapi hal lainnya membuatku bingung.

Ku mulai mencari disekitarku, tetapi tak pernah mencari tahu tentang Islam (mungkin karena latar belakang keluargaku terhadap Islam).

Alhamdulillah, Allah mengasihani jiwaku dan menunjukkan jalan dari kegelapan menuju cahaya, dari neraka ke surgaNya.

Allah memberikanku seorang suami, yang terlahir muslim, menanamkan benih cinta pada hati kami dan menggiring kita hingga menikah tanpa ada perhatian khusus diantara kita mengenai perbedaan agama.

Suamiku bersedia menjawab setiap pertanyaanku tentang agamanya, tanpa menghina kepercayaanku (meskipun salah apa yang ada dalam agamaku). Ia pun tak pernah memberikan tekanan atau bahkan memintaku untuk mengganti agamaku.

Setelah tiga tahun menikah, memiliki kesempatan untuk mengetahui lebih jauh tentang Islam dan membaca kitab suci Al Quran, sebagaimana buku agama lainnya, aku merasa yakin bahwa tidak ada hal yang dinamakan trinitas, begitupun dengan Yesus sebagai Tuhan.

Orang muslim percaya pada satu Tuhan yang tak ada bandingannya. Yang tidak memiliki anak, atau istri dan tak ada yang layak disembah selain kepada-Nya! Tidak ada yang menandingi keilahian dan keagungan-Nya.

Dalam Quran Allah mendeskripsikan tentang dirinya;Al Ikhlas 1-4

"Katakanlah: (Muhammad) Dialah Allah Yang Maha Esa, Allah tempat meminta segala sesuatu, (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia."

Tidak ada seorang pun yang berhak untuk dipanggil, dimintai permohonannya, dan disembah selain Allah.

Islam adalah penerimaan dan kepatuhan terhadap apa yang diajarkan oleh Allah yang telah diturunkan kepada nabi terakhirnya Muhammad.

Aku menjadi muslim, dan menyimpan rahasia ini dari keluarga dan teman-teman selama bertahun-tahun. Aku dan suamiku tinggal di Yunani dan mencoba untuk menjalankan Islam, tetapi hal tersebut sangat susah bahkan nyaris tidak memungkinkan.

Di negara asalku tidak ada mesjid, tidak ada akses untuk mempelajari Islam, tidak ada orang yang melakukan shalat, puasa atau wanita yang menggunakan hijab.

Hanya ada beberapa imigran muslim yang datang ke Yunani untuk mencari kehidupan ekonomi yang lebih baik dan membiarkan gaya hidup barat menyerang mereka dan akhirnya mencemari mereka. Dan hasilnya, mereka tidak mengikuti agama mereka dan mereka benar-benar tersesat.

Kala itu benar-benar sangat sulit untuk mengerjakan kewajiban-kewajiban agama Islam, terutama bagiku, yang terlahir bukan sebagai muslim dan ku tak memiliki pendidikan Islam.

Suami dan aku harus shalat dan menjalankan puasa mengandalkan kalender, tidak ada Adzan yang terdengar di telinga, tidak ada jamaah Islam yang mendukung. Kami merasa setiap hari berjalan mundur. Keyakinan kami menurun dan ombak membawa kami.

Kemudian ketika anak perempuan kami lahir, kami memutuskan untuk pindah ke negara muslim, untuk menyelamatkan jiwa kami dan anak kami, jika Tuhan mengijinkan. Kami tak ingin membesarkan anak kami di budaya barat yang terbuka dan harus berjuang untuk mempertahankan identitasnya dan mungkin akan berakhir dengan kesesatan.

Segala puji bagi Allah, Ia telah menunjukkan kami dan memberi kami kesempatan untuk pindah ke negara Islam, dimana kami bisa mendengar suara Adzhan yang merdu dan kami bisa meningkatkan pengetahuan Islam kami serta lebih mencintai Allah dan juga Nabi kita Muhammad. [wn/onislam/eramuslim]